Untuk menghormati sekaligus mengabadikan kontribusi besar Buya Hamka, saya menulis dwilogi novel sejarah kehidupan beliau; Setangkai Pena di Taman Pujangga (kehidupan masa kanak-kanak, remaja, sampai usia 30 tahun) dan Serangkai Makna di Mihrab Ulama (kehidupan usia 31 tahun sampai wafat di usia 73 tahun)
Malik terperenyak. Kata-kata ”obatilah hati ayahmu yang letih” itu dengan cepat membawa kembali kenangan sepuluh tahun terakhir hubungan mereka yang renggang. Terutama sejak sang ayah menceraikan ibunya, kejadian yang membuat Malik benci luar biasa kepada sang ayah sebelum mengetahui duduk permasalahan yang sebenarnya.
*
Hamka yang dikenal oleh rakyat Indonesia adalah sosok ulama, Ketua MUI, penceramah, cendikiawan, dan banyak lainnya. Namun di balik itu, ia juga merupakan sosok anak yang merasakan banyak sakit hati di masa kecilnya. Perceraian orangtuanya, kerinduan pada ibunya dan hubungan yang tak mulus dengan sang ayah, berpengaruh banyak pada sikap dan kepribadian Hamka dewasa.
Malik, nama kecilnya sebelum ia dikenal debagai Hamka, juga berhadapan dengan banyak kegagalan dan sakit bati, baik dalam hal pekerjaan dan asmara. Ia bahkan pernah mendirikan ’bisnis’ majalah sendiri, yang hanya berhasil terbit beberapa edisi. Dari semua cerita yang tak penuh bunga-bunga indah inilah, kita dapat banyak mengenal sosok Hamka yang lebih manusiawi, yang pernah marah dan kecewa, yang pernah kabur dari rumah dan ngambek pada orangtua, yang mirip dengan kita, pada pembaca.
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Co-working space l Seminar l Kelas l Wacana l dan lain-lain ?
Reviews
There are no reviews yet.